Jejak Sejarah Kaltim: Banyak Kerajaan, Bagian dari Karisedenan Kalimantan

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Diperkirakan sebelum kedatangan dan penyeharan pengaruh Hindu di Tanah Air, Kalimantan Timur telah ada penghuninya. Hal ini dapat dibuktikan dengan sebuah kerajaan Mulawarman kira-kira sekitar tahun 400 Masehi.
Meski daerah Kalimantan Timur di tahun 400 Masehi sudah ada tanda memasuki zaman sejarah, karena adanya berita tertulis Kerajaan Mulawarman. Tetapi dalam kenyataan selanjutnya fakta beberapa aspek kehidupan dan kebudayaan masyarakat, batas antara prasejarah dan sejarah di daerah ini sangat kabur.
Misalnya terlihat pada beberapa suku pedalaman Kalimantan Timur yang hidupnya jauh terpencil di rimba raya seperti suku Punan. Mereka dapat dikatakan baru memasuki zaman sejarah pada abad ke XX, karena cara hidup mereka masih mirip dengan zaman peralihan dari Mesolitikum ke Neolitikum.
Dalam beberapa segi kehidupan sosial tertentu mereka berada di zaman Mesolitikum dengan ciri-ciri hidup belum menetap, masih mengembara dan berburu untuk memenuhi kebutuhan hidup·sehari-hari.
Tetapi dalam beberapa tahun terakhir ini Suku Punan telah diatur pada suatu tcmpat pemukiman yang tetap oleh Pemerintah Daerah.
Dengan tempat pemukiman tetap maka mulailah mereka mendirikan rumah, sebagai tempat tinggal yang tetap. Kebiasaan berburu mulai diganti dengan beternak serta mengerjakan tanah untuk bercocok tanam.
Demikian pengantar awal dalam buku: Sejarah Daerah Kalimantan Timur, yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah (1978).
Dalam literatur lain, semisal menukil dari laman Pemprov Kaltim, jejak sejarah Kaltim juga dijelaskan secara rinci.
Kalimantan Timur awalnya jarang dihuni dan sebelumnya memiliki beberapa kerajaan. Pada abad ke-17, Kesultanan Makassar berdagang di sana, dan pada 1787, Sultan Tahmidullah II dari Banjar menyerahkan wilayah tersebut kepada VOC Belanda.
Dibentuk Tahun 1956
Sejak Provinsi Kalimantan Timur dibentuk tahun 1956, wilayah ini telah mengalami pemekaran dan perubahan administratif. Pada 2012, provinsi ini dimekarkan lagi menjadi Provinsi Kalimantan Utara.
Sebelum kedatangan suku-suku dari Sarawak dan pendatang dari luar pulau, Kaltim memiliki beberapa kerajaan. Seperti Kerajaan Kutai, Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura, Kesultanan Pasir, dan Kesultanan Bulungan. Wilayah ini juga bagian dari wilayah taklukan Kesultanan Banjar sejak zaman Hindu, menurut Hikayat Banjar.
Masih menurut Hikayat Banjar, wilayah Kalimantan Timur (Pasir, Kutai, Berau, Karasikan) merupakan sebagian dari wilayah taklukan Kesultanan Banjar, bahkan sejak zaman Hindu.
Dalam Hikayat Banjar menyebutkan bahwa pada paruh pertama abad ke-17 Sultan Makassar meminjam tanah sebagai tempat berdagang meliputi wilayah timur dan tenggara Kalimantan kepada Sultan Mustain Billah dari Banjar pada waktu Kiai Martasura diutus ke Makassar.
Kemudian mengadakan perjanjian dengan I Mangngadaccinna Daeng I Ba’le’ Sultan Mahmud Karaeng Pattingalloang, yaitu Sultan Tallo. Yang menjabat mangkubumi bagi Sultan Malikussaid Raja Gowa tahun 1638-1654, yang akan menjadikan wilayah Kalimantan Timur sebagai tempat berdagang bagi Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo). Dengan demikian mulai berdatanganlah etnis asal Sulawesi Selatan.
Sejak 13 Agustus 1787, Sultan Tahmidullah II dari Banjar menyerahkan Kalimantan Timur mejadi milik perusahaan VOC Belanda dan Kesultanan Banjar sendiri dengan wilayahnya yang tersisa menjadi daerah protektorat VOC Belanda.
Sesuai traktat 1 Januari 1817, Sultan Sulaiman dari Banjar menyerahkan Kalimantan Timur, Kalimatan Tengah, sebagian Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan (termasuk Banjarmasin) kepada Hindia-Belanda.
Pada tanggal 4 Mei 1826, Sultan Adam al-Watsiq Billah dari Banjar menegaskan kembali penyerahan wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
Di tahun 1846, Belanda mulai menempatkan Asisten Residen di Samarinda untuk wilayah Borneo Timur (sekarang provinsi Kalimantan Timur dan bagian timur Kalimantan Selatan) bernama H. Von Dewall.
Provinsi Kaltim, selain sebagai kesatuan administrasi, juga sebagai kesatuan ekologis dan historis. Kalimantan Timur sebagai wilayah administrasi dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1956 dengan gubernurnya yang pertama adalah APT Pranoto.
Karisedenan Kalimantan
Sebelumnya Kalimantan Timur merupakan salah satu karesidenan dari Provinsi Kalimantan. Sesuai dengan aspirasi rakyat, sejak tahun 1956 wilayahnya dimekarkan menjadi tiga provinsi, yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.
Daerah-daerah Tingkat II dalam wilayah Kaltim, dibentuk berdasarkan UU No. 27 Tahun 1959, Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1955 No.9).
Adapun pada Lembaran Negara No.72 Tahun 1959 terdiri atas:
Pembentukan 2 kotamadya, yaitu: Kotamadya Samarinda, dengan Kota Samarinda sebagai ibukotanya, sekaligus ibukota Provinsi Kalimantan Timur. Kedua, Kotamadya Balikpapan, dengan Balikpapan sebagai ibukotanya dan menjadi pintu gerbang Kalimantan Timur.
Selain itu, pembentukan empat kabupaten, yaitu: Kabupaten Kutai, dengan ibukotanya Tenggarong. Lalu Kabupaten Pasir, dengan ibukotanya Tanah Grogot. Kabupaten Berau, dengan ibukotanya Tanjung Redeb. Serta.Kabupaten Bulungan, dengan ibukotanya Tanjung Selor.
Pembentukan Kota dan Kabupaten Baru
Mengacu PP Nomor 47 tahun 1981, maka dibentuk Kota Administratif Bontang di wilayah Kabupaten Kutai dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1989, maka dibentuk pula Kota Madya Tarakan di wilayah Kabupaten Bulungan.
Dalam perkembangan lebih lanjut sesuai ketentuan UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah, maka dibentuk 2 Kota dan 4 kabupaten, yaitu: Kabupaten Kutai Barat, beribukota di Sendawar. Kemudian Kabupaten Kutai Timur, beribukota di Sangatta.
Selanjutnya, Kabupaten Malinau beribukota di Malinau. Kabupaten Nunukan, beribukota di Nunukan. Serta Kota Bontang (peningkatan kota administratif Bontang menjadi kotamadya).
Berdasarkan PP Nomor 8 tahun 2002, maka Kabupaten Pasir mengalami pemekaran dan pemekarannya bernama Kabupaten Penajam Paser Utara.
Pada 17 Juli 2007, DPR RI sepakat menyetujui berdirinya Tana Tidung sebagai kabupaten baru di Kalimantan Timur, maka jumlah keseluruhan Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur menjadi 14 wilayah. Di tahun sama, nama Kabupaten Pasir berubah menjadi Kabupaten Paser berdasarkan PP No. 49 Tahun 2007.
Nah pada tahun 2012, giliran Provinsi Kalimantan Timur dimekarkan dan melahirkan Provinsi Kalimantan Utara atau Kaltara, sesuai UU No.20 Tahun 2012.
Ada lima kota/ kabupaten bergabung dalam Provinsi Kaliamantan Utara. Yakni, Kota Tarakan, Kabupaten Nunukan, Kabuapten Malinau, Kabupaten Tana Tidung dan Kabuapten Bulungan.
Hingga jumlah kota/ kabupaten yang tergabung Provinsi Kalimantan Timur berkurang dari 14 kota/kabupaten menjadi 9 kota/kabuapten.
Pada 2013, wilayah Kabupaten Kutai Barat dimekarkan dan melahirkan Kabuapten termuda di Kaltim, yakni Kabupaten Mahakam Ulu, yang mengenapkan Provinsi Kaltim menjadi 10 Kota/Kabupaten. Sampai tahun 2025 sekarang, belum ada perubahan lain.
Masa Kerajaan di Kaltim
Seperti dibahas sebelumnya, di wilayah Kaltim, dahulunya banyak sekali kerajaan. Antara lain, Kerajaan Kutai, Kerajaan Banjar, Kerajaan Kutai Kertanegara, juga Kerajaan Pasir.
Secara berurut, penjelasan ringkas perjalanan kerajaan-kerajaan itu, bisa disimak di bawah ini. Kerajaan Kutai. Misalnya. Termasuk kerajaan Hindu pertama di Nusantara. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-4 dan terletak di Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Kemudian Kerajaan Kutai. Yang didirikan Kudungga, kepala suku yang memeluk agama Hindu. Raja pertama Kerajaan Kutai adalah Aswawarman, putra Kudungga.
Selanjutnya Kerajaan Kutai. Yang mencapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan Mulawarman, raja ke-13. Di masa ini, kerajaan tersebut memiliki hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan di India.
Kerajaan Kutai runtuh sekitar abad ke-13. Disebabkan banyak faktor, semisal serangan dari kerajaan-kerajaan lain dan perubahan agama masyarakat.
Berikutnya Kesultanan Banjar. Kesultanan Banjar salah satu kerajaan besar yang pernah berkuasa di Kalimantan Timur. Kerajaan ini berdiri di abad ke-16 dan terletak di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Kesultanan Banjar menguasai wilayah Kalimantan Timur sampai abad ke-19. Wilayah ini kemudian dikuasai Belanda.
Selain kerajaan di atas, ada pula Kesultanan Kutai Kartanegara. Kesultanan Kutai Kartanegara salah satu kerajaan besar yang juga pernah berkuasa di Kaltim. Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-13 dan terletak di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Kesultanan Kutai Kartanegara mencapai puncak kejayaannya di abad ke-17. Sekarang, kerajaan ini telah memiliki hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan di Eropa. Kesultanan Kutai Kartanegara runtuh pada abad ke-19. Sebabnya lantaran mendapat serangan dari Belanda.
Ada pula Kesultanan Pasir. Yakni termasuk salah satu kerajaan besar yang pernah berkuasa di Kalimantan Timur. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-16 dan terletak di Tanah Grogot, Kalimantan Timur.
Kesultanan Pasir mencapai puncak kejayaannya di abad ke-18. Saat ini, kerajaan tersebut telah memiliki hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan di Eropa. Kesultanan Pasir runtuh pada abad ke-19. Yang juga disebabkan serangan dari Belanda.
Rudi Agung, berbagai sumber