Home > Mancanegara

Zionis Tewaskan 16.600 Siswa Gaza, Sedikitnya 754 Mahasiswa Ditahan

Di Tepi Barat, pasukan Israel menewaskan 137 mahasiswa dan melukai 897 lainnya.
Bangunan sekolah dan kampus tak luput dari target zionis. (Days of Palestine)
Bangunan sekolah dan kampus tak luput dari target zionis. (Days of Palestine)

REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – Kejahatan kemanusiaan yang dilakukan zionis Israel telah berada di luar batas nurani manusia. Lebih dari 16.600 siswa tewas dan lebih 26 ribu terluka di Gaza dan Tepi Barat sejak Israel melakukan genosida di wilayah Palestina.

Data itu mengacu laporan baru dari Kementerian Pendidikan Palestina, yang dilansir Days of Palestine, (17/6/2025). Dalam pernyataan yang diterbitkan hari Selasa, kementerian tersebut mengungkapkan bahwa 16.470 dari kematian mahasiswa terjadi di Gaza, lalu 25.374 lainnya terluka.

Di Tepi Barat, pasukan Israel menewaskan 137 mahasiswa dan melukai 897 lainnya. Selain itu penjajah zionis juga menahan 754 mahasiswa sejak dimulainya serangan.

Pernyataan itu juga mengonfirmasi bahwa 914 guru dan staf pendidikan telah tewas, dan 4.363 lainnya terluka di kedua wilayah tersebut. Di Tepi Barat saja, sedikitnya 196 pendidik telah ditangkap.

Pengeboman Israel yang terus berlanjut telah menghancurkan sektor pendidikan di Gaza.

Menurut kementerian, 352 sekolah umum mengalami kerusakan parah, termasuk 111 sekolah yang hancur total.

Sebanyak 91 sekolah yang dikelola pemerintah dan 89 sekolah yang dikelola UNRWA rusak akibat penembakan langsung dan sabotase.

Lembaga pendidikan tinggi juga tak luput dari dampaknya. Selain itu 20 universitas dan perguruan tinggi di Gaza mengalami kerusakan berat, dan 60 gedung universitas hancur total.

Di Tepi Barat, pasukan penjajah Israel juga menyerbu dan merusak 152 sekolah dan delapan universitas, menghancurkan pagar sekolah di Jenin, Tulkarm, dan kota Bruqin dan Kafr al-Dik di sebelah barat Salfit.

Kementerian Pendidikan memperingatkan hampir 788.000 siswa di Gaza masih kehilangan hak mereka untuk mendapatkan pendidikan, tidak dapat bersekolah atau kuliah sejak dimulainya perang.

Ini termasuk siswa sekolah menengah atas yang, untuk tahun kedua berturut-turut, tidak dapat mengikuti ujian akhir karena kekerasan yang terus berlanjut.

Sebaliknya, siswa di Tepi Barat dijadwalkan memulai ujian sekolah menengah mereka pada hari Sabtu, 21 Juni 2025. Pernyataan itu diakhiri dengan mencatat bahwa otoritas Israel terus menutup enam sekolah yang dikelola UNRWA di Yerusalem dan pinggirannya, penutupan berlaku sejak 8 Mei silam.

80 Warga Tewas di Pusat Distribusi Bantuan

Pasukan penjajah zionis Israel juga menewaskan sedikitnya 80 warga Palestina dan melukai ratusan lainnya dalam dua penyergapan mematikan di pusat distribusi bantuan yang dikelola AS di Jalur Gaza selatan pada hari Selasa.

Serangan itu, menurut laporan Days of Palestine, terjadi di Rafah dan Khan Younis, tempat ribuan warga sipil berkumpul untuk menerima pasokan makanan penting di tengah kelaparan yang semakin parah.

Saksi mata menggambarkan pemandangan mengerikan saat artileri dan tembakan Israel menargetkan kerumunan yang menunggu bantuan.

Di wilayah al-Alam Rafah, sekitar 30 orang tewas, sementara hampir 50 orang kehilangan nyawa di wilayah al-Tahlia, Khan Younis, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.

“Kami menuju ke titik distribusi setelah mendengar bahwa gandum akan dibagikan. Pada pukul 7 pagi, kami disergap di daerah Tahlia,” kata Abdalla Elyyan, seorang warga Khan Younis.

“Kami diberi tahu bahwa bantuan akan didistribusikan dalam 30 menit, ketika tiba-tiba, tanpa peringatan, peluru dan granat menghujani. Kekacauan pun terjadi. Orang-orang berhamburan di jalan, banyak yang tewas dan terluka.”

Elyyan menggambarkan kejadian itu sebagai bencana: "Dapatkah Anda bayangkan hujan peluru menghantam ribuan orang yang berdesakan di area yang sempit? Jumlah orang yang tewas sangat mengejutkan."

Nidal Abu Nseira, saksi mata lain dari Khan Younis, menuturkan bahwa peluru jatuh di tengah kerumunan yang berjumlah hampir 5.000 orang.

“Ratusan orang tewas atau terluka. Saya sendiri mengangkut sedikitnya 50 orang yang terluka; banyak yang mengalami luka di kepala dan kaki. Potongan-potongan tubuh berserakan di jalan-jalan.”

Rumah sakit di Gaza berjuang keras untuk mengatasi masuknya korban.

Unit gawat darurat, unit perawatan intensif, dan ruang operasi kewalahan, dan terjadi kekurangan obat-obatan penting dan perlengkapan medis.

Pejabat kesehatan memperingatkan bahwa sistem tersebut berada di ambang kehancuran. Sejak gencatan senjata sepihak berakhir pada 18 Maret, serangan Israel meningkat di Gaza, menewaskan sedikitnya 5.139 orang.

Total korban tewas di Gaza sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023 kini telah mencapai 55.432, menurut data Kementerian Kesehatan.

Israel masih secara ketat melarang daerah kantong itu menerima makanan, air, dan kebutuhan lain untuk bertahan hidup.

Akses terhadap bantuan sekarang dikendalikan melalui Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang kontroversial dan didukung AS, yang upaya pendistribusiannya telah menjadi titik api kekerasan.

Banyak warga Palestina memandang pengaturan bantuan tersebut sebagai perangkap yang mematikan.

“Itu perangkap, bukan organisasi bantuan.” “Itu perangkap untuk membunuh orang-orang kami,” kata seorang wanita yang sepupunya terbunuh dalam serangan hari Selasa.

“Ia pergi keluar untuk mendapatkan makanan bagi keluarganya. Dan ia terbunuh. Mereka mengatur mekanisme bantuan baru ini sehingga mereka dapat memikat para pemuda kami dan membunuh mereka satu per satu.”

Dalam eskalasi lebih lanjut, Israel melancarkan serangan terhadap jalur internet serat optik terakhir di Gaza pada hari Kamis, memutus semua komunikasi telepon rumah dan internet di seluruh wilayah tersebut.

Hal ini membuat penduduk di Gaza selatan dan tengah tidak memiliki sarana untuk menjangkau dunia luar, bergabung dengan wilayah utara yang telah terputus sebelumnya pada minggu ini.

Mila

× Image